My Ekspression

My Ekspression
Talk Less Do More

Minggu, 10 Mei 2009

Muhammad Syakir Sula: Perlu Kurikulum yang Sesuai Kebutuhan Pasar

Muhammad Syakir Sula: Perlu Kurikulum yang Sesuai Kebutuhan Pasar
Oleh AGT/ISM
07 Februari 2009
Industri perbankan syariah semakin pesat membuat kebutuhan sumberdaya manusia (SDM) di industri ini menjadi semakin mendesak. Karenanya, lembaga pendidikan perlu memiliki kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Wakil Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam IAEI, Muhammad Syakir Sula, menyampaikan hal itu pada Seminar IAEI Inter-University Gathering di Jakarta Convention Centre, Jumat (6/2/2009)
Pasalnya, tambah dia, dalam perekrutan yang dilakukan lembaga keuangan syariah tak banyak lulusan ekonomi Islam yang terserap di industri.
"Kebanyakan SDM di lembaga keuangan syariah tak berasal dari lulusan ekonomi Islam, tapi dari jurusan lain. Untuk itu perlu perumusan bersama-sama mengenai apa yang dibutuhkan oleh industri," ujar Syakir dalam forum "Membangun Sinergi untuk Mengembangkan Studi dan Ristek Ekonomi Islam di Perguruan Tinggi", di Balai Sidang Jakarta pada hari yang sama (6/2/2009).
Karenanya, lanjut dia, Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) perlu mempertemukan perguruan tinggi dengan direksi lembaga keuangan syariah, sehingga SDM yang tercetak sesuai dengan kebutuhan industri. Kebutuhan SDM industri perbankan syariah sendiri, kata Syakir, mencapai 14 ribu orang. Sebelumnya Ketua Umum IAEI, Mustafa Edwin Nasution, mengatakan lulusan ekonomi Islam dari universitas saat ini tak lebih dari seribu orang per tahunnya.
Dalam forum tersebut sejumlah akademisi pun meminta forum dilanjutkan untuk membahas kurikulum yang terstandar serta adanya pusat data informasi ekonomi Islam. Ketua Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah, Euis Amalia mengatakan dalam pengembangan kurikulum perlu dilakukan lokakarya nasional mengenai hal-hal yang diperlukan untuk pengembangan, termasuk mata kuliah wajib.
Untuk menyusun kurikulum tersebut harus ada material dan standarisasi berbasis riset. Kurikulum yang disusun tersebut pun akan menjadi proposal yang akan diajukan ke pemerintah. Dengan adanya kerja sama dan menghubungkan kebutuhan industri, maka dapat tercipta kurikulum yang solid.
Sementara itu, Sekjen IAEI Agustianto mengatakan IAEI sebenarnya sudah menyiapkan kurikulum yang standar melalui berbagai simposium IAEI. Kurikulum itu terus di-upadate untuk disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Menurutnya, kini IAEI sedang menyiapkan format kurikulum standar untuk digunakan oleh seluruh Program Studi Ekonomi Islam di Perguruan Tinggi. Pada tanggal 13,14,15 Februari mendatang IAEI akan menyuguhkan format kurikulum tersebut untuk dibahas dalam Seminar Nasional di Solo yang dihadiri Menteri Pendidikan Nasional RI, yang selanjutnya hasil seminar dan workshop tersebnut diajukan dan diserahkan kepada Menteri Pendidikan Nasional.
Dalam forum Seminar IAEI tersebut telah disepakati adanya Islamic economic super corridor. Ide tersebut dicetuskan oleh Dadang Muljawan, peneliti senior BI yang juga tergabung dalam IAEI dan MES. Dadang mengatakan koridor tersebut akan menjadi silaturahmi untuk menjalin ukhuwah. Koridor tersebut berbentuk situs dan menjadi database bagi semua pihak mengenai ekonomi syariah yang bisa diakses oleh semua pihak. "Koridor ini menjadi semacam shortcut sehingga transaksi menjadi lebih efisien, baik transaksi ekonomi atau expertise exchange," kata Dadang.
Dengan adanya koridor tersebut, kata Dadang, seluruh elemen akan terjembatani. "Koridor tersebut akan mengandung database jadi riset-riset universitas masuk ke sana," kata Dadang. Selain itu juga bisa terdapat listed permintaan industri, sehingga informasi mengenai kebutuhan industri bisa selalu up to date.
http://www.niriah.com/berita/sdm/1id572.html
Pada tangggal 6 Mei 2009, pukul 20.43

0 komentar: