My Ekspression

My Ekspression
Talk Less Do More

Jumat, 22 Mei 2009

Citra Guru

Citra Guru
9 Februari 2009 205 views No Comment
Pemerintah berupaya mendongkrak citra guru yang terlanjur pudar bahkan sempat profesinya terabaikan dan dipandang sebelah mata. Dalam dasa warsa terakhir pemerintah terus menerus untuk mencari terobosan dan alternatif baru untuk memperbaiki mutu pendidikan. Di mulainya perubahan dan penyempurnaan sistem pendidikan nasional, selanjutnya terhadap kurikulum dan sampai kepada penyelenggaraan sertifikasi guru yang merupakan implementasi dari UU Nomor 14 Tahun 2005 yakni mewujudkan guru profesional.
Menjadi guru profesional bukan perkara gampang, ibarat membalikkan telapak tangan. Apalagi untuk menjadi guru baik. Citra guru yang baik, dapat mengangkat citra dan mutu pendidikan.
Mutu pendidikan yang baik, dapat mengangkat martabat bangsa. Tetapi permasalahannya, dari mana harus dimulai? Tentunya akan dimulai dari
(1) komitmen bersama. Untuk mencapai guru profesional harus di mulai dari komitmen bersama, kebersamaan ini diawali dengan keinginan yang sama antara pemerintah, masyarakat, guru itu sendiri, dan anak didik. Komitmen pemerintah dimaksudkan adalah bagaimana program pemerintah memberikan alokasi dana untuk guru untuk meningkatkan kualifikasi akademik guru, karena hampir 1,6 juta guru yang belum layak menjadi guru, dan ini akan berpengaruh terhadap upaya menciptakan guru profesional.
Masyarakat juga memiliki peran dan andil untuk dapat memberikan nuasa ketenangan bagi guru agar guru dapat tenang menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, dan jangan justeru dicerca dan dijadikan komoditas informasi untuk disebarluaskan, akan tetapi masyarakat dapat duduk semeja dengan guru, sehingga sinergi terbangun, dan guru senantiasa akan meningkatkan progesionalnya.
(2) Guru sendiri. Untuk memperbaiki citra guru, mereka harus berani mengevaluasi dan mengkoreksi diri. Guru profesional itu, guru yang mengenal dirinya. Dirinya sebagai pribadi yang terpanggil untuk mendidik manusia, untuk menjadi guru merupakan panggilan hati. Untuk itu, guru dituntut untuk belajar sepanjang hayat (long life education).
Medan belajar adalah medan yang menyenangkan. Menjadi guru bukan hanya sebuah proses yang harus dilalui melalui test kompetensi dan sertifikasi. Karena menjadi guru menyangkut perkara hati. Maka mengajar harusnya menjadi profesi hati. Hati harus mendapat perhatian cukup, yaitu pemurnian hati, atau motivasi untuk menjadi guru profesional. Pemurnian hati itu, akan mendorong kita senantiasa meningkatkan kemampuan untuk membelajarkan siswa.
Paling tidak ada 4 kata kunci yang menjadikan guru itu menjadi penting. Tiga kata kunci itu sekaligus menjadi sifat dan karakteristik guru: kreatif, inovatif, profesional dan menyenangkan. Mengapa guru harus kreatif ? Karena harus memilah dan memilih materi pembelajaran. Dan kemudian secara kreatif menyajikan menjadi bahan pembelajaran yang yang penuh makna, dan bermutu.
Mengapa harus inovatif ? Karena guru harus senantiasa menemukan hal-hal yang baru, sehingga dapat merubah wawasan cakrawala dan daya imajinatif anak didiknya. Sedang sifat profesional, karena guru harus secara profesional membentuk kompetensinya sesuai dengan karakter peserta didik. Juga bagi dirinya. Berarti belajar dan pembelajaran harus menjadi makanan pokok guru.
Tetapi guru juga harus menyenangkan. Baik bagi dirinya sendiri maupun bagi peserta didik. Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan itu akan terwujud, jika si guru mau secara terus-menerus meningkatkan kemampuan dan ketrampilan. Mau belajar, melalui lihat, dengar dan membaca.
(3). Meningkatkan Pengetahuan dan Ketrampilan. Guru sebagai profesional (sama dengan profesi dokter, pengacara, sekretaris, dan lain-lain), tanggungjawab utamanya mengawal perkembangan pribadi siswa. Peran pendampingan itu tidak mungkin akan berhasil jika guru tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang profesioanal. Guru profesional biasanya memiliki hal-hal seperti ini: (a) Penguasaan terhadap pengetahuan dan ketrampilan, (b) Memiliki kemampuan profesional di atas rata-rata, (c) Idealisme, (d) pengabdian yang tinggi, dan (e) Pantas secara moral dan perilaku menjadi panutan.(***)
http://xpresiriau.com/teroka/artikel-tulisan-pendidikan/mengangkat-citra-guru-2/

0 komentar: