My Ekspression

My Ekspression
Talk Less Do More

Senin, 16 Maret 2009

Dampak Pelatihan

Untuk membuktikan komitmen kita bahwa peningkatan kualitas SDM adalah hal yang penting, maka peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan adalah salah satunya. Adanya pandangan bahwa training sebagai human investment, bukan sebagai costs atau biaya, sebagai konsep telah lama kita kenal. Namun dalam praktek ternyata pelatihan cenderung dianggap sebagai beban atau biaya bagi organisasi. Lembaga-lembaga pemerintah pun masih memandang sebelah mata terhadap program-program training yang dikelola lembaga-lembaga pelatihan. Hal ini nampak masih kecilnya anggaran training dibanding dengan anggaran pembinaan lainnya. Bahkan bila karena suatu hal anggaran itu harus dipangkas, maka dapat dipastikan anggaran traininglah yang dipangkas atau dikorbankan lebih dahulu.
Fenomena ini terjadi salah satu penyebabnya adalah bahwa banyak pihak yang menyelenggarakan pelatihan belum bisa membuktikan bahwa pelatihan itu ada hasilnya. Bahkan lembaga pelatihan sekalipun selama ini kurang mampu menunjukkan hasil pelatihan pada kinerja organisasi peserta. Yang umum dilakukan oleh lembaga pelatihan masih terbatas pada evaluasi-evaluasi yang dilakukan selama pelatihan berlangsung. Sedangkan hasil pelatihan hanya bisa dilihat beberapa saat (3 bulan, 6 bulan, dst) setelah pelatihan berakhir dan para peserta kembali ke tempat kerjanya.
Jenis-Jenis Evaluasi Pelatihan
Donald Kirkpatrick me-ngemukakan ada 4 level evaluasi pelatihan, yaitu :
1. Evaluasi reaksi yang menanyakan sejauh mana peserta menyukai program pelatihan. Evaluasi ini biasanya dilakukan dengan kuesioner yang dibagikan pada saat berakhirnya pelatihan. Kuesionernya kita kenal dengan nama “happy sheet atau smile sheet”. Evaluasi ini sangat mudah dan hasilnya cepat kita peroleh. Hampir semua lembaga/penyelenggara pelatihan melakukannya.
2. Evaluasi pembelajaran. Jenis evaluasi ini juga relatif mudah, biasanya menggunakan pre dan post test. Peningkatan nilai yang diperoleh dari pre ke post test merupakan penambahan pe-ngetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari proses pembelajaran. Bentuk pre dan post test harus sama dan pada pelatihan untuk orang dewasa sebaiknya anonim. Karena orang dewasa pada dasarnya kurang suka bila ditest, tapi belajar mereka lakukan apabila merasa butuh.
3. Evaluasi perilaku, yaitu menggambarkan sejauh mana perilaku individu peserta berubah yang disebabkan oleh pengaruh pelatihan. Dibandingkan dengan evaluasi level 1 dan 2, evaluasi perilaku ini relatif sulit. Evaluasi perilaku sebaiknya dilakukan beberapa waktu setelah peserta kembali ke lapangan dengan observasi atau post training-test. Evaluasi perilaku ini juga dapat dilakukan dengan action plan.
4. Evaluasi Hasil (resalts/impact/dampak). Menggambarkan sejauh mana dampak positif pelatihan terhadap organisasi, seperti peningkatan penjualan, penurunan angka kecelakaan kerja, penghematan waktu dan biaya perusahaan dll. Evaluasi dampak pelatihan ini juga sangat sulit. Karena sulitnya mengidentifikasi secara pasti kemajuan perusahaan yang disebabkan oleh hasil pelatihan atau pengaruh lainnya. Karena itu sedikit sekali penyelenggara pelatihan yang telah dan dapat melakukannya secara benar. Evaluasi dampak yang baik dapat mengarahkan penyelenggara maupun organisasi asal peserta menghitung return on investment dari pelatihan. Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh penyelenggara pelatihan maupun organisasi asal peserta, maka dapat dipastikan bahwa pelatihan akan dipandang sebagai sesuatu yang penting dalam konsep maupun realita.
Bilamana kita tidak bisa melihat hasil, kita tidak berbicara tentang sukses dan gaga. Dan bilamana kita tidak mengahargai sukses, kemungkinan kita menghargai kegagalan.

0 komentar: